Hae,
Kali ini blogger tamu yang akan membagikan pengalamannya di blog saya adalah Jay Afrisando. Jay akan berbagi pengalamannya selama kuliah di Amerika. Selamat menyimak!
————————————————————————–
Saya masih merasa seperti tidak percaya pada kenyataan bahwa saat ini saya sedang menimba ilmu di salah satu kampus di Amerika, University of Minnesota. Bukan karena saya kepingin banget bersekolah di sini, bukan, tapi karena dulu saya merasa malas bersekolah lagi. Waktu itu saya merasa bahwa untuk orang dengan profesi seperti saya, pendidikan pascasarjana tidak terlalu mendesak untuk dijalani.
Tapi, semuanya berubah drastis ketika saya bertemu Alex Lubet (teman, mentor, dan sekarang menjadi dosen pembimbing saya di kampus) di Korea Selatan tahun 2014. Saat itu beliau meminta kepada saya untuk mempertimbangkan bersekolah di kampus di mana beliau mengampu. Cerita tersebut saya sampaikan ke Terry. Eh lha kok dia langsung ngompori saya untuk mendaftar dan kembali ke bangku kuliah.
Haha. Saya njuk bingung harus berbuat apa. Rasanya waktu itu sudah malas sekolah lagi, apalagi sudah 2 tahun tidak duduk di kursi kelas, yang artinya total 4 tahun jika dihitung hingga mulai perkuliahan di tahun 2016 ini. Tapi ternyata ada satu hal yang baru saya sadari. Di kampus tersebut, ada seorang profesor yang saya kagumi buku-bukunya dan karya musiknya. Singkat cerita, akhirnya saya mendaftar dan diterima di kampus tersebut dan mulailah pengalaman baru duduk di kursi kelas Amerika.
Ada banyak suasana yang berbeda ketika mengikuti perkuliahan di Amerika dengan di Indonesia. Ketika masuk masa registrasi, termasuk proses menjelang keberangkatan, saya seperti dihujani informasi bertubi-tubi. Saking banyaknya informasi, saya sampai pontang-panting dalam mengatur waktu. Hal ini masih terjadi sampai pada minggu pertama perkuliahan. Setelah mempelajari sistem perkuliahan, saya mulai bisa beradaptasi di minggu kedua.
Meskipun awalnya sempat kesulitan dalam komunikasi karena orang-orang bicara dengan Bahasa Inggris yang sangat cepat, tapi saya tidak patah semangat untuk terus mempelajari bahasa Inggris serta hal-hal lainnya yang berbau study-hacking, seperti bagaimana cara membaca yang efektif, teknik mencatat, dan lain-lain dari berbagai sumber.
Suasana di dalam kelas di sini agak berbeda dengan kuliah saya sebelumnya. Kelas di sini secara bawah sadar menuntut mahasiswa untuk aktif. Bukan hanya karena akan dinilai keaktifannya, tapi juga karena suasana kelas yang kolaboratif adalah salah satu ciri perkuliahan di Amerika. Dosen (di sini resminya disebut faculty, bukan lecturer, dan secara tidak resmi disebut sebagai instructor) mengajak mahasiswanya sejak awal untuk berkolaborasi dalam memahami apa yang dipelajari di kelas.
Contoh salah satu kolaborasi di sini adalah mahasiswa ditanya atau diajak untuk menerangkan kepada mahasiswa yang lain apa yang sudah ia pahami akan suatu bab. Dengan begini, mahasiswa secara tidak langsung berlatih untuk mempresentasikan sesuatu kepada orang lain, dengan bahasa yang sangat akrab dan sederhana, kadang-kadang diselipi humor maupun sikap yang lugu, namun tetap akademis.
Saat diskusi di kelas, dosen seringkali tidak menutup kemungkinan akan jawaban atau pernyataan dari mahasiswa yang memang bisa dikaji kembali. Biasanya mereka cukup luwes dengan melonggarkan perspektif, jadi perspektifnya tidak saklek. Hal ini menguntungkan bagi dosen maupun mahasiswa karena sama-sama mendapatkan wacana baru yang tentunya dapat mengembangkan ilmu pengetahuan.
Penilaian di kelas Amerika juga tidak kaku. Dosen seringkali memberikan penilaian yang sempurna atas paper maupun PR mahasiswa meskipun jawabannya tidak betul semua. Saya melihat bahwa kesalahan yang cukup kecil derajatnya tidak menurangi penilaian. Hal ini dilakukan untuk memotivasi mahasiswa dengan cara yang positif. Di samping itu, menurut pengamatan saya, dosen lebih mempertimbangkan gambaran besar; selama gambaran besarnya terlihat, tidak terlalu bermasalah jika terdapat kesalahan kecil.
Kelas komposisi musik yang saya ikuti dibagi menjadi dua jenis, kelas privat dan kelas seminar. Di dua kelas ini, semua peserta kelas baik dosen maupun mahasiswa dipandang setara satu sama lain. Di kelas privat, mahasiswa diberi kesempatan mempresentasikan hasil komposisinya dan dosen memberikan masukan-masukan dan saran-saran yang membangun. Di kelas lainnya, mahasiswa dari berbagai angkatan dicampur jadi satu dalam satu kelas seminar yang kegiatannya lebih bersifat diskusi dan presentasi musik. Suasana kelas yang inklusif ini menarik karena peserta kelas yang memiliki informasi yang beragam dapat saling berbagi.
Tentunya tidak semua hal di luar negeri itu selalu lebih baik daripada di Indonesia. Di sini tetap saja ada dosen yang tidak punya batasan yang jelas, kadang-kadang membosankan ketika mengajar di kelas, atau menerapkan metode pembelajaran yang kaku. Yang agak mengecewakan di kampus saya sekarang adalah pendidikan teori musik ternyata masih memiliki sekat dengan praktik komposisi dan pertunjukan.
Akhirnya mahasiswa mau tidak mau memang mesti pandai-pandai mengatur strategi untuk mengatasi celah ini, misalnya dengan mengakses dan memilah segala informasi di perpustakaan dan juga sumber lain. Untungnya perpustakaan di kampus ini memiliki akses yang bisa dibilang sangat luas.

Sebagaimana pembelajaran di manapun, bersekolah di AS juga menuntut keaktifan dan pemikiran kritis terhadap apa yang dipelajari. Prinsip belajar di manapun juga tetap sama; serius tapi tetap santai. Kami pernah makan di kelas dan dosen mengizinkan! Beliau pun ikut makan dan bilang bahwa makan di kelas itu tidak apa-apa asal tidak mengganggu. Hihi.

Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan bahwa di manapun kita berada, apapun yang kita pelajari, selalu ada kemudahan dan kesulitan yang harus dihadapi. Jalan menuju ilmu memang tidak selalu mudah, namun kalau dinikmati bisa jadi indah.
TENTANG PENULIS
Jay Afrisando adalah seorang komposer yang saat ini sedang melanjutkan studi di University of Minnesota. Baru-baru ini, Jay mendapatkan penghargaan Minnesota Emerging Composers Award 2016 dari American Composers Forum.
Lebih lanjut mengenai Jay Afrisando dan karya-karyanya bisa disimak di jayafrisando.com.