Sudah sebulan kami di Jogja dalam rangka mudik puasa dan lebaran. Tapi rasanya masih pingin cerita bagaimana perjalanan mudik kami yang mulus-mulus lucu gitu #halah
Kerempongan Mencari Tiket
Sejak awal, kami memang berencana untuk mudik di saat libur musim panas, karena PakJay akan libur cukup lama, 4 bulan. Tapi dengan mempertimbangkan perkembangan politik di Amerika, terutama terkait dengan travel ban, kami jadi ragu-ragu untuk mudik. Keinginan mudiknya jadi maju-mundur-maju-mundur-cantik gitu.
Ditambah lagi, di awal semester 2 lalu laptop PakJay mulai rewel dan sulit digunakan. Jadi ya mau tidak mau, harus ganti. Uang yang disimpan-simpan untuk mudik, akhirnya buat beli unit laptop baru. Karena untuk saat ini, sekolahnya PakJay adalah nomer satu, yang lainnya gampang.
Tapi setelah beberapa bulan melakukan pengiritan maksimal, dan mengamati perkembangan politik yang ada, akhirnya kami memutuskan untuk mudik juga. Berhubung sudah agak mepet nyari tiketnya, jadi kami pasrah: nggak perlu pilih-pilih maskapai, yang penting murah.
Berhubung tujuan akhir kami adalah Yogyakarta, maka tempat transit yang bisa dipilih adalah Jakarta, Kuala Lumpur, atau Singapura. Karena mau transit di mana saja, tetap harus satu kali penerbangan lagi ke Jogja. Jadi kami berburu tiket dengan membanding-bandingkan rute perjalanan dan maskapai dengan pedoman transit terdekat di tiga lokasi tersebut.
Selain masalah harga, kami juga mempertimbangkan kota di mana kami nanti mendarat kembali ke Amerika Serikat, atau yang biasa disebut point of entry. Pilihan kami yang pertama adalah St. Paul, Minnesota karena tentu saja karena di kota ini kami tinggal dan jika ada terjadi kesulitan saat kembali masuk ke Amerika, kami bisa dengan mudah menghubungi pihak kampus UMN.
Tapi karena bandara St. Paul, Minnesota bukan bandara transit utama pesawat-pesawat internasional, jadi tidak ada banyak pilihan. Kami kemudian mempertimbangkan point of entry lain seperti New York dan Chicago. Kenapa? Karena di New York ada KBRI dan di Chicago ada KJRI. Sebagai WNI yang tinggal di Minnesota, kami ada di bawah jurisdiksi KJRI Chicago, jadi Chicago adalah pilihan yang cukup aman, dan tentu saja New York juga, karena lokasi KBRI ada di sana.
Tentu saja kami tidak berharap ada masalah apa-apa ketika nanti kembali ke Amerika nanti, tapi melakukan langkah antisipatif juga penting. Istilahnya sih, better safe than sorry.
Oya, ada satu pertimbangan lagi dalam kami membeli tiket, yaitu lama transit. Kami memilih untuk berjaga-jaga takut ada masalah ketinggalan pesawat lanjutan karena adanya delay atau hal lain. Jadi kami memilih penerbangan-penerbangan dengan lama transit minimal 3 jam. Biarin aja sih ya lama nungguin pesawat, karena pesawat nggak akan nungguin kita kan ya?
Setelah mempertimbangkan hal-hal di atas, kami akhirnya memutuskan untuk membeli tiket dengan rute St. Paul – Chicago – San Fransisco – Singapura dengan United Airlines kemudian lanjut Singapura – Jogja dengan Air Asia.
Suudzon terhadap United Airlines

Sebagai orang yang hampir selalu naik Air Asia ketika bepergian, saya tidak khawatir perkara rute Singapura-Jogja. Saya lebih khawatir perkara naik United Airlines ini, terlebih lagi setelah ada kejadian cukup menyebalkan terkait dengan overbooking.
Beberapa teman saya memberikan beberapa reaksi berbeda ketika tahu kami akan naik United. Berbeda-beda namun pesimistis jua 😛
“good luck with united”
“I know you are strong enough for united”
“lebih murah $500 aja aku tetap nggak mau deh naik united”
“What? #Unightmare?”
“United? Well…”
Tiket kami dengan United Airlines sebenarnya adalah tiket putus-putus dengan rute St.Paul – Chicago baru dilanjutkan tiket terusan Chicago-San Fransisco-Singapore. Karena itu, kami memesan tiket St.Paul– Chicago dengan waktu transit selama 5 jam. Biarlah mrongos menanti di Chicago daripada ada apa-apa. Pun misalnya ada kejadian overbooking di St. Paul, kami masih punya kesempatan untuk naik penerbangan berikutnya ke Chicago. Amit-amit deh kalau sampai kejadian, tapi sekali lagi better safe than sorry.
Kejadian bikin deg-degan pun benar-benar terjadi ketika kami tiba di tempat duduk kami di United Airlines rute St. Paul – Chicago karena tempat duduk saya ada yang menempati. Tentara pula. Saya sudah lemas, sudah kebayang kejadian overbooking terjadi. Kalau sampai terjadi, saya pasti kalah. Lawannya tentara, bok! Di mamahrika, tentara sangatlah dihormati, dan saya nggak mau bikin perkara deh kalau udah berurusan sama tentara. Tiba-tiba lidah saya kelu, nggak bisa ngomong apa-apa.

Tapi alhamdulilah… ternyata mbak tentaranya yang salah tempat duduk. Dia harusnya duduk di deretan sebelah kiri, bukan di tempat duduk saya. Fiuh…saya rasanya mau sujud syukur deh.
Penerbangan pertama sukses dengan lancar mengantarkan kami sampai Chicago. Penerbangan ekonomi jarak dekat sih ya, jadi di atas cuma dikasih makanan kecil seukuran kecil banget yang bahkan kami tidak kebagian, karena ketiduran sepanjang perjalanan. Ngantuk banget. Karena malam sebelumnya, kami hanya tidur selama 3 jam saja.
Sampai di Chicago, kami langsung bergegas check in ke penerbangan selanjutnya, meski boarding time masih 4 jam kemudian, dan boarding gate untuk penerbangan selanjutnya pun belum ditentukan. Sambil menanti penerbangan selanjutnya, kami mengisi perut. Prinsip utama kami dalam perjalanan adalah dilarang lapar agar tetap bugar 😛

Di perjalanan selanjutnya menuju San Fransisco, kami tidak tidur sebelum dapat makanan kecil dari kru kabin. Nggak mau rugi. Walaupun cuma makanan nggak lebih dari 200gr, tapi nggak mau rugi. Hahahaha
Penerbangan ke San Fransisco selama 4 jam diwarnai cuaca kurang baik dan goncangan dan tiba 30 menit terlambat. Walaupun begitu, masih ada waktu dua jam untuk kami menunggu perjalanan selanjutnya ke Singapura. Jadi kami memutuskan untuk mencari boarding gate dan makan di area dekat boarding gate tersebut.
Sekali lagi kami makan, dan beli makanan untuk dibawa ke pesawat karena kami belum selesai berburuk sangka (suudzon) kepada United Airlines. PakJay sebelumnya pernah naik United Airlines saat perjalanan ke Amerika tahun 2015, dan dia mendeskripsikan perjalanan yang kurang nyaman. Dan waktu saya tanya, “makannya berapa kali?”, dia jawab “satu kali kayaknya”. Ya kan eike bisa mengkerut kalau perjalanan 15 jam cuma makan sekali. Jadi untuk jaga-jaga kami berencana bawa makanan juga ke pesawat.
Saat sedang makan, kami dapat sms kalau penerbangan kami akan terlambat berangkat satu jam. Ah lumayan, masih bisa santai makan dan ke toilet. Eh nganu, pas saya di toilet, terdengar lagu berbahasa mandarin sedang diputar. Rasanya sudah seperti sampai di Singapura aja, padahal masih di Amerika.
Karena penerbangan akan terlambat berangkat kami pun agak santai. Sesudah makan dan ke toilet, kami menuju ke tempat yang kami anggap boarding gate. Hampir 15 menit kami menunggu, kok rasanya aneh. Hanya ada tidak lebih dari lima orang di sana.
Kemudian terdengar suara panggilan penumpang penerbangan San Fransisco ke Singapura. Lhoh…ternyata….kami tidak berada di gate!!!
Mungkin karena hayati sudah mulai lelah, kami tidak sadar bahwa gate yang sesunggunya lokasinya ada di bawah tempat kami menunggu. Kami bergegas menuju ke sana dan ternyata hampir seluruh penumpang sudah masuk ke pesawat. Duh! Hampir saja….
Walaupun sebenarnya kami masih menunggu sekitar 30 menit di dalam pesawat, tapi perasaan sebal terhadap diri sendiri masih terasa. Itu tadi hampir gak jadi mudik lho ya kalau sampai ketinggalan pesawat. Beuh!

Ternyata United Tidak Seburuk Dugaan Kami
Suudzon kami terhadap United Airlines ternyata tidak terbukti. Hahahaha
Pesawatnya lebih lega dibandingkan pesawat Etihad yang sebelumnya kami tumpangi menuju Amerika sembilan bulan sebelumnya. Selain itu, disediakan juga layar hiburan untuk setiap tempat duduk.
Perkara layar hiburan ini juga jadi salah satu korban suudzon kami. Menurut pengalaman PakJay sebelumnya, layar hiburan yang tersedia di pesawat jarak jauh United Airlines adalah cuma satu layar di setiap lorongnya, seperti TV di kereta milik PT KAI. Eh enggak lho, ternyata layar hiburannya ada untuk satu orang.

Di penerbangan lokal St.Paul – Chicago dan Chicago-San Fransisco ada juga layar hiburan untuk setiap orang, tapi harus bayar untuk mengoperasikannya. Jadi kami udah suudzon duluan kalau layar hiburan di penerbangan jarak jauhnya juga harus bayar, dan itu berat gaes. Apalagi buku yang saya siapkan untuk jadi teman di perjalanan, ketinggalan.
Eh ternyata prasangka buruk ini tidak kejadian lho, layar hiburannya gratis! Ha!!
Jadi saya tidak terlalu bosan dalam perjalanan. Cukuplah nonton La La Land, Jackie, dan film serial Big Bang Theory. Juga main permainan tebak-tebakan yang pertanyaaannya suka nggak jelas gitu. Hahaha
Dan ternyata makannya enggak cuma sekali lho. Tiga kali. Ha-ha-ha. Suudzon kami kembali tidak terbukti.
Makanan Halal Tidak Sama Dengan Rendang 😛
Saat membeli tiket, kami sudah memesan makanan halal, atau di dalam istilahnya United Airlines adalah Muslim Meals. Penasaran sih dengan apa yang akan disajikan. Berharap ada rendang adalah berlebihan, tapi kami berharap ya setidaknya apalah gitu.
Ternyata interpretasi dari makanan halal menurut United adalah makanan ala Timur Tengah, vegan pula. Bahkan telur pun tiada. Tiga kali makan, yang pertama adalah nasi dengan sayuran berbumbu Timur Tengah, yang kedua adalah roti pita berisi sayuran dan nasi, dan yang ketiga adalah kuskus dengan kismis dan buah-buahan.
Tapi lumayan sih, dikasih salad, yogurt, dan es krim, eh sorbet. Tapi ya itu tadi, kenapa mesti makanan Timur Tengah ya? Kan ada gitu makanan Asia kayak tahu atau tempe gitu. Telur deh minimal deh 😛
Saya paham sih kenapa tidak dikasih daging sapi atau ayam, karena kalau hanya sedikit penumpang yang pilih makanan halal dan mereka mesti nyari daging sapi dan ayam halal, mungkin ongkos produksinya terlalu besar. Tapi telur deh kan bisa… #tetep
Kayaknya sih ya, suudzon lagi—yang belum terbukti, bisa jadi mereka menyediakan makanan yang sama buat pilihan menu halal, vegan, dan khoser. Karena gampang ye kan, satu jenis makanan bisa dipesan untuk beberapa jenis pilihan. Ngirit kayaknya.
Jadi apakah kapan-kapan saya akan pesan menu vegan atau kosher untuk pembuktian? Hahaha embuh!
To the heat of Southeast Asia, we fly!
Setelah lima belas setengah jam terbang dalam kegelapan (iya! Malam terus euy!), kami sampai di Singapura. Turun dari pesawat, badan kami langsung berkuah. Dari 16 derajat celsius menuju 32 derajat celsius memang butuh penyesuaian.
Kami pun langsung menuju toilet untuk ganti baju. Setelah sekitar 24 jam tidak mandi, tidak ganti baju, kami pun ganti baju biar tidak terlalu semerbak wangi jeruk (baca: asem). Setelah itu kami menghabiskan makanan yang kami bawa dari pesawat. Iya, bukan cuma makanannya banyak, sisa pula! Lumayan bisa sarapan salad sisa semalam.
Walaupun demikian, rasanya masih kurang kenyang ye kan? Akhirnya kami nambah juga makan kwetiaw rebus daging sapi
Penerbangan terakhir kami menuju Jogja cukup lancar tanpa sesuatu yang berarti. Seperti layaknya perjalanan-perjalanan kami sebelumnya dengan Air Asia.

Alhamdulilah akhirnya kami sampai di Jogja dengan selamat. Kami pulang dengan taksi bandara dan langsung beli cilok di jalan menuju rumah. Iya, cilok. Iya hahahaha

Demikianlah kisah perjalanan mudik kami, gimana perjalanan mudikmu?
Biyungalahhhh…tibake ngendog ndek Minneapolis tho.
Aku lho ndek Duluth, ming kari ngesot soko MSP.
Aku di Surabaya sekarang, lagi mudik juga, gak selama njenengan sih, sebulan juga enggak. Maklum ya kudu nguli.
Mengenai makanan halal di pesawat, tibake sik mendingan Delta, menune onok daginge.
Berdasarkan pengalaman mudik berkali kali, dan setiap kali pesan makanan khusus, dari nyobain makanan halal, makanan kosher sampe makanan vegetarian, gak ono sing enak. Akhirnya gak order khusus, tapi mbontot dari rumah, bawa yang gampang gampang, yang bisa dibungkus, misalnya kroket atau lumpia atau risoles, atau lemper. Kayak gitu gitu deh. Jadi di pesawat cuma dimakan saladnya aja.
Lama lama, kok lebih enak pesan khusus ya, karena dihidangkan di awal, mendahului penumpang yang lainnya. Jadi saat kita sudah kenyang sampek glegek’en, penumpang lainnya baru makan. Hahahahaha….
Jadi, aku balik lagi pesen makanan halal.
Anyway, welcome home ya mbak. Kalau balik ke MSP, colek colek eike nggih.
Wassalamualaikum
Evia
Bonek kesasar di danau Superior.
LikeLike