Suatu hari di awal kedatangan saya di Minnesota, saya hampir tabrakan dengan orang karena saya berjalan di sisi jalan yang salah. Iyes! Kebiasaan di Indonesia jalan di sisi kiri, membuat saya lupa kalau orang-orang di sini jalan di sisi kanan. Selain itu, tidak ada banyak hal lain yang perlu dikhawatirkan.
Jalanan di sini terasa jauh lebih lengang daripada jalanan di Yogyakarta. Yoih, Yogyakarta yang sekarang ya, bukan yang jaman masih sepi dulu. Jumlah mobil di jalanan lumayan banyak juga, tapi pengguna transportasi publik juga tidak kalah banyak. Pengemudi motor? Bisa dihitung dengan jari. Pengendara moge? Ada tuh beberapa yang tidak pakai helm, dan mbleyer-mbleyer sesuka hati. Yang model kayak gitu belum punah juga ternyata walau di negara maju sekalipun 😛
Pengendara sepeda? Banyak! Dan mereka punya jalurnya sendiri, tidak dijadikan satu dengan jalur kendaraan bermotor. Jadi aman, tiada perlu saingan. PakJay kadang-kadang pergi ke kampus dengan bersepeda (kecuali kalau pas harus bawa alat musik ke kampus) dengan sepeda pinjaman dari Brian, tapi sebagian besar perjalanan kami dilakukan dengan jalan kaki dan naik bus atau kereta.
Kami suka jalan kaki. Terutama karena trotoarnya seru buat jalan kaki dan cuacanya tidak sepanas di Indonesia, meskipun di musim panas. Sebelumnya, saat kami tinggal di Korea, kami juga banyak jalan kaki atau naik bus/kereta namun di Minnesota terasa lebih ringan karena jalanannya cenderung datar (Seoul jalannya nanjak-nanjak, bung! Bikin kempol theyol), dan kereta di Seoul ada di bawah tanah sehingga kalau mau naik kereta harus naik-turun tangga, sedangkan di Minnesota keretanya ada di atas jalan, jadi tidak perlu naik-turun tangga sebelum dan sesudah naik kereta.
Untuk perjalanan yang bisa dilakukan dengan jalan kaki sekitar 30 menit, kami lebih suka jalan kaki sambal ngobrol-ngobrol. Ya anggap saja pacaran sambil lihat-lihat apa yang ada di jalanan. Karena kadang kegiatan pacaran dan pengiritan bagi kami tipis bedanya sih.
Mirip dengan sistem bayar bus di Seoul, bus di Minnesota juga bisa dibayar langsung di atas dengan uang kertas atau koin (bayarnya harus dengan uang pas, beneran tidak akan ada kembalian), atau bisa juga dengan kartu. Mereka menyebutnya Go to Card yang fungsinya sama dengan T-Money Card punya Korea. Kita bisa isi ulang dan pakainya tinggal sentuh-sentuhin aja di mesin pembaca kartu. (((SENTUHIN)))
Tapi agak beda sih. Di Seoul, tarifnya adalah berdasarkan jarak tempuh. Sehingga kartu disentuhkan dua kali, waktu naik dan waktu turun. Sedangkan di Minnesota, tarifnya berdasarkan waktu tempuh. Tarifnya 1,75 dolar (waktu biasa) atau 2,25 dolar (waktu sibuk) bisa digunakan selama dua setengah jam. Jadi walaupun setiap naik kendaraan harus tetap menyentuhkan kartu ke mesin pembaca, tapi kalau masih dalam waktu dua setengah jam tersebut, maka tidak ada biaya tambahan.
Bukan cuma berlaku di pembayaran dengan kartu, yang melakukan pembayaran tunai juga akan dapat secarik kertas tiket yang berlaku selama dua setengah jam. Kertas tiketnya bisa dimasukkan ke mesin pembaca yang akan membaca data validitas tiket tersebut. Jadi kalau mau ngirit ye kan, kalau mau pergi-pergi yang nggak perlu jauh-jauh atau lama-lama, manfaatkan waktu dua setengah jam tersebut.
Sebagian besar pembayaran bis dilakukan ketika sudah di atas kendaraan, di dekat tempat supirnya gitu. Tapi di beberapa bis tertentu dan kereta, pembayaran dilakukan sebelum naik kendaraannya (pay before boarding). Ini semacam tes kejujuran kali ya, karena setahu saya kemungkinan ada petugas ngecek siapa yang belum bayar sangatlah kecil. Coba ini bis lewat Wirobrajan, bangkrut ntar dinaiki gratisan preman prapatan :))
Oya, buat pergi-pergi ke area yang susah dijangkau dengan transportasi publik, atau terlalu jauh, kami menggunakan….jeng-jeng….the power of tebengan. Ciri mental keluarga mahasiswa penanti transferan salah satunya adalah mencari tebengan-tebengan yang tulus dan ikhlas ditebengi. Selain itu juga kadang macak ngajakin Brian jalan-jalan, padahal ya sakjane butuh tebengan. Tapi asal kedua belah pihak sama-sama bahagia, semua tidak menjadi masalah.
Demikian dan terima tebengan 😛