Iyes. Kami pindahan lagi! Seperti yang saya ceritakan sebelumnya di 14 hari pertama kami di Minnesota, akhir Oktober kami sudah bisa menempati apartemen di kompleks yang dikelola kampus UMN yang sudah kami pesan sejak masih di Indonesia. Resminya kami sudah bisa mulai menempati tempat tinggal kami ini sejak Kamis lalu, tapi karena hari Kamis PakJay ada acara dengan US Marine Corps Party Band, jadi kami undur pindahan ke hari berikutnya.
Tapi manajemen apartemennya baik, kami sudah dikasih kunci sejak hari Rabu, supaya kalau kami pindahan hari Jumat di luar jam kantor, tidak perlu bingung untuk mengambil kuncinya.

Akhirnya Jumat kemarin setelah Jumatan, kami pindahan dibantu oleh Pak Toto, salah satu teman di pengajian komunitas masyarakat Indonesia di Minnesota. Tanpa membawa Dimas Kanjeng, ternyata barang bawaan kami menjadi berlipat ganda, termasuk barang-barang “warisan” dari teman-teman mahasiswa Indonesia yang sudah menyelesaikan studinya.
Di hari pertama pindahan, kami sudah merasakan bedanya. Ya rasanya kayak pindahan dari Kuncen ke Gancahan gitu. Betewe, ini kalau Bonang atau Linggar tahu, bakal manggil eike Mendes lagi ini hahaha.

Tempat tinggal kami sebelumnya adalah di area Uptown Minneapolis, dekat dari pusat keramaian, frekuensi bus dan keretanya banyak, dan toko bahan makanan yang buka 24 jam tersedia. Sedangkan tempat tinggal kami sekarang ada di St.Paul, agak minggir mingklik-mingklik gitu gaes. Busnya tidak banyak, dan frekuensinya tidak sesering bus di Uptown. Bus yang paling bisa diandalkan (dan gratis) adalah bus transit ke kampus.

Oya, buat yang belum tahu, Minneapolis dan St.Paul itu adalah dua kota besar di negara bagian Minnesota. Dua kota ini disebut juga Twin Cities alias kota kembar. Kampusnya PakJay ada di Kampus UMN Twin Cities. Disebut demikian karena sebagian area kampusnya masuk wilayah Minneapolis, dan sebagian yang lain masuk area St. Paul.
Meskipun ada kekurangannya, tentu saja tinggal di sini ada keuntungannya juga. Salah satunya adalah masalah privasi. Di tempat tinggal yang sebelumnya kan kami hanya sewa satu kamar tidur saja, jadi ruangan yang lain mesti berbagi. Episode dulu-duluan mandi, atau ngampet pas kebelet karena masih ada orang di kamar mandi tidak akan terjadi lagi di sini (ya kecuali eike rebutan sama PakJay, dan pasti dia yang ngalah sih :P).
Kontrakan kami ini terdiri dari satu kamar tidur, satu kamar mandi, dapur, dan ruang tengah. Lumayan lega ruangannya. Harga sewanya lebih murah daripada sewa kamar di tempat tinggal kami sebelumnya. Bedanya cuma di sini rumahnya kosongan, kecuali di dapur (ada kompor, oven, dan kulkas) dan ada tempat untuk menyimpan barang-barang. Selebihnya ya kosongan.
Makanya, kami memulai mengisi tempat ini dengan doa! Iya, doa. Supaya terkumpul duit dan bisa beli meja dan kursi juga buat kerja dan buat makan. Sementara ini kerja, makan, dan kegiatan tulis-menulis dilakukan di atas peti a.k.a case saksopon dan siter milik PakJay hahaha.
Untuk alas tidur, kami sudah beli airbed (kasur yang diisi udara), karena belum ada yang jual kasur beneran (real bed) dengan harga murah. Beli perabotan di sini selain mikirin harganya juga mikir biaya angkutnya. Di sini nggak ada pick-up pindahan kos gitu sih 😛
Tapi…e…tapi… yang tidak kami ketahui adalah ternyata si airbed ini tidak bisa langsung dipakai setelah pertama kali diisi udara. Mesti ditunggu sampai 5 hari dulu. Jadi sementara ini ya kami tidur di lantai beralaskan dua selimut.
Sedih? Enggak! Asal bersamanya, aku bahagia. #halah
Tapi ada satu yang pasti, kami kangen Paisley. Apalagi pas hari terakhir kami di sana dan pas pamitan, dia terlihat sedih sekali.

I’ll see you again, Paisley…. Don’t you worry! hehehe
hah kasurnya ditunggu sampe 5 hari supaya apa?
supaya mateng gitu? (LOL)
LikeLike
Biar kentjang kak. Biar nggak njeblos gitu pas dipake 😂😂😂
LikeLike
waaa kucingnya ga diajak :((
LikeLike
Itu kucingnya bapak kos. Hiks.
LikeLike