Mengajukan Visa Inggris dengan Dokumen Pendukung Setebal Tesis

Jadi visa Inggris adalah pengajuan visa ke-3 saya dalam tiga minggu selama pertengahan Agustus hingga awal September, setelah memperpanjang visa Amerika dan juga membuat visa Korea multiple entry, semacam tiga minggu paling sibuk dalam hidup saya belakangan ini hehehe.

Saya dan Pak Jay mengajukan visa Inggris karena akhir November nanti komposisi karya Pak Jay akan ditampilkan di Inggris, lebih tepatnya di University of Leicester.

Karena saya baru pertama kali mengajukan visa Inggris, jadi masih agak kikuk bagaimana harus memulai. Jadi saya mulai saja dengan baca-baca blog yang membahas tentang bagaimana cara mengajukan visa Inggris dan berapa lama visa Inggris bisa didapatkan.

Ternyata seperti pengajuan visa-visa lainnya, pengalamannya beda-beda. Ada yang begini dan ada yang begitu, sedangkan di pengalaman kami beda lagi. Nah, jadi di tulisan ini saya akan menceritakan pengalaman saya dan Pak Jay selama mengajukan visa Inggris dua minggu yang lalu.

Seperti yang sudah-sudah, saya dan Pak Jay memutuskan untuk mengajukan visa tanpa bantuan agen perjalanan karena selain biar tahu gimana-gimananya juga karena rasanya lebih mantap untuk mengajukan sendiri. Kadang kurang percayaan gitu sih kami orangnya. Eh?!

Pendaftaran Visa dan Biaya Pengurusan Visa

Dari beberapa artikel blog yang kami baca, dari pengajuan visa hingga paspor dikembalikan, butuh waktu yang beragam. Ada yang tiga minggu jadi, ada yang seminggu saja beres, ada yang satu bulan, tapi ada juga yang butuh 3 bulan.

Nah hal ini yang jadi perhatian kami sih. Karena awal Oktober nanti saya dan Pak Jay ke Korea Selatan, jadi kami butuh kepastian bahwa paspor kami sudah kembali sebelum awal Oktober. Jadi kami memilih untuk mengambil fasilitas “Priority” yang menurut informasi hanya butuh 3-5 hari kerja saja dari pengajuan hingga paspor dikembalikan.

Tapi konsekuensinya, bayarnya lebih mahal. Untuk layanan Priority ini tarifnya $400, sedangkan layanan visa biasa untuk turis yang tidak pakai Priority adalah $125 (£95). Pembayaran dilakukan secara online dengan kartu kredit. Tapi mungkin bisa juga dilakukan dengan kartu debit yang bisa berlaku seperti kartu kredit. Sekarang udah banyak juga yang begitu.

(Khusus teman-teman yang punya kartu debit terbitan bank di Amerika Serikat, ya kayak biasanya aja. Kartu debit bisa digunakan untuk transaksi yang minta kartu kredit. Hehehe)

Kalau mau agak santai sih kita sebenarnya sudah bisa mengajukan visa 3 bulan sebelum hari-H mengunjungi Inggris, supaya lebih leluasa dan tidak terlalu perlu pakai layanan Priority, apalagi jika dalam 3 bulan tersebut tidak ada rencana pergi ke luar negeri juga.

Selain itu, semakin jauh-jauh hari kita mengurus pengajuan visa, ternyata makin hemat juga pengeluaran kita. Hehehe

Karena selain bayar biaya visa ke pemerintah Inggris, juga ada biaya layanan di VFS Global. Ketika nanti sudah selesai isi formulir visa dan membayar biaya visa, kita akan diarahkan menuju portal Global untuk membuat janji temu untuk pengambilan data biometrik. Di bagian memilih janji temu ini kita akan milih tanggal dan jam.

Di slot yang tersedia akan ada slot yang gratis (tidak dikenakan biaya tambahan) tapi ada juga slot berbayar. Kami kemarin karena mepet, jadi tidak dapat slot yang gratis. Adanya tinggal yang slot Premium Lounge yang harus bayar biaya tambahan Rp 1.100.000. Lumayan menguras isi dompet kan?

Layanan Premium Lounge ini termasuk: ruangan yang berbeda dengan yang non-premium lounge dan tersedia makanan kecil dan minuman, layanan fotokopi hingga 30 halaman, kurir yang mengantarkan paspor kembali ke kita, pemberitahuan melalui sms, dan juga layanan pengecekan dokumen.

Jadi ya udah sih walaupun bayar lebih ya udah saya ikhlaskan saja sambil ngemil banyak di sana. HAHAHA

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengakses halaman ini: https://www.gov.uk/apply-to-come-to-the-uk. Di halaman ini nanti kita akan diminta mengisi data-data kita. Jadi pastikan waktu mengisi formulir ini kita sudah siapkan dokumen-dokumen kita ya!

Kalau pas isi formulir tapi ada item isian yang kita belum siap datanya bagaimana? Santai aja. Formulir pendaftaran bisa disimpan dan kita akan dikirimi email berisi tautan untuk mengakses kembali formulir kita.

Kalau sudah beres isi formulir, lalu kita akan bayar visa. Kemudian diarahkan ke portal VFS Global untuk buat janji temu, seperti yang sudah saya ceritakan di atas.

Setelah itu, siap-siap deh untuk datang ke VFS Global untuk menyerahkan dokumen pendukung aplikasi visa kita. Oh iya, sebenarnya kita bisa langsung unggah hasil scan dokumen pendukung kita di website pemerintah Inggris (tempat kita isi-isi formulir), tapi bisa juga kita bawa dokumen ke VFS Global, lalu mereka akan scan dan kirimkan ke bagian pengajuan visanya.

Karena kami sudah memilih layanan Premium Lounge yang menyediakan pengecekan dokumen, maka kami memilih untuk tidak scan sendiri sehingga dokumen kami bisa dicek dulu sebelum proses scan. Takut salah kan ya? Bayarnya udah aduhai kalau salah kan bete banget jadinya. Hehehe

Oya satu lagi, dokumen yang kita bawa perlu dipisah-pisahkan dengan lembar yang ada barcode-nya. Tersedia nanti pas kita cetak formulir pendaftaran kita. Cuma ya waktu saya cek itu saya bingung sendiri bagaimana urutannya, karena agak-agak beda dengan dokumen yang ada di check list yang kita cetak juga setelah semua proses pendaftaran beres.

Biar tidak makin puyeng, kami memutuskan untuk membeli layanan Document Scanning Assistance dari VFS Global. Jadi nanti mereka yang akan menyusun dokumen kita sesuai ketentuan. Bayar lagi sih RP 190.000, tapi saya pikir daripada saya mempertaruhkan $400 + Rp 1.100.000 yang sudah saya bayarkan, mending nambah bayar tapi dokumen tersusun dengan benar dan kemungkinan visa disetujui lebih besar. Walaupun saldo tabungan jadi mengecil sih. Ya piye meneh, gaes?

Dokumen Pendukung

Seperti judul tulisan ini, dokumen yang saya bawa ke VFS Global saat janji temu sangat tebal untuk ukuran pendaftaran visa. Totalnya 54 halaman! Komentar teman saya yang tinggal di Inggris waktu saya konsultasi mengenai dokumen yang perlu saya siapkan, “itu ngajuin visa atau tesis, kak?”

HAHAHA! Lha iya soalnya teman saya itu dulu tesis S2-nya di Inggris kalau tidak salah hanya maksimal 30 halaman. Jadi dokumen yang saya ajukan udah lebih banyak daripada jumlah halaman tesis dia.

Dokumen Setebal Tesis
Ini 54 halaman dokumen pendukung yang saya sertakan. Tapi mohon maaf ye kan, difotonya dari belakang, karena ada data-data sensitif di sana.

 

Lima puluh empat halaman itu apa saja? Berikut ini detailnya:

  1. Formulir Pendaftaran dan Check List

Formulir pendaftaran dan check list ini nanti bisa kita cetak setelah selesai isi formilir dan bayar biaya visa.

  1. Paspor yang masih berlaku (asli dan fotokopi) dan fotokopi paspor lama.

Yang difotokopi adalah halaman depan dan semua halaman yang ada cap visanya. Untuk fotokopi paspornya ini saya cetak berwarna agar lebih jelas. Tapi sebenarnya hitam-putih juga tidak apa-apa. Ya saya cuma melakukan semaksimal mungkin supaya visanya disetujui, udah terlanjur bayar mahal soalnya. Hehehe

  1. Rencana Perjalanan

Di bagian rencana perjalanan ini saya bikin satu halaman itinerary seperti tanggal berapa ke mana naik transportasi apa (saya sebutkan juga nama maskapainya atau nama bus/keretanya), dan menginap di mana (saya sebutkan nama penginapannya dan nama teman saya yang mau saya tebengin ketika di Inggris nanti selama beberapa hari).

Saya juga menyertakan bukti booking hotel. Saya pakai booking.com dan memilih yang tidak perlu langsung bayar dan bisa dibatalkan jika sewaktu-waktu rencana berubah. Juga surat undangan dari teman saya yang tinggal di Inggris yang menyatakan bahwa saya akan menginap di rumahnya selama beberapa hari selama di Inggris. Juga menyertakan fotokopi halaman depan paspor teman saya tersebut dan juga dokumen izin tinggal yang dia miliki.

Untuk tiket pesawat, sebenarnya yang udah pasti dan sudah dibayar hanyalah tiket saya dari Jakarta ke Minnesota dan satu bulan kemudian saya baru akan ke Inggris. Meskipun begitu, saya tetap sertakan tiket pesawat untuk Jakarta-Minnesota supaya jelas bahwa saya akan ke Amerika dulu (karena memang tinggal di sana) baru ke Inggris dan baliknya ke Amerika lagi, bukan ke Indonesia.

Selain itu saya juga sertakan hasil screenshot jadwal pesawat yang rencananya saya tumpangi dari Amerika ke Inggris PP. Ada yang menyarankan untuk booking dulu lalu refund kemudian karena beberapa maskapai punya kebijakan untuk bisa mengembalikan uang selama masih dalam 24 jam setelah booking. Tapi karena sesuatu dan lain hal, kami hanya menyertakan screenshot portal maskapainya hanya sampai bagian jadwal penerbangan berangkat dan pergi yang mau kami booking. Alhamdulillah tidak masalah.

  1. Surat Keterangan Kerja

Surat keterangan kerja dari kantor yang di dalamnya menyatakan juga jumlah gaji dalam setahun. Jumlahnya dalam bentuk rupiah tapi juga jumlah yang sudah dikonversi dalam poundsterling.

Suratnya tentu dalam bahasa Inggris dan biar pihak imigrasinya tidak bingung, di surat tersebut juga saya tuliskan bahwa saya bekerja secara remote working dari Minnesota walaupun kantor saya di Jakarta. Ya semacam freelancer antarnegara gitu lah. Hehehe

  1. Surat Referensi Bank dan Rekening Koran

Ini saya pakai surat referensi bank dari bank di Indonesia tempat saya menabung dan juga rekening koran selama 3 bulan yang menunjukkan keluar-masuknya uang. Saya tidak menyertakan rekening saya yang di Minnesota karena jumlahnya tidak signifikan. Lha wong ya cuma keluar-masuk buat beli beras dan bahan makanan lainnya aja sih. HAHAHA

Berhubung saya adalah tulang rusuk dan tulang punggung utama dalam keluarga kecil kami adalah Pak Jay, jadi saya juga sertakan surat referensi bank dan rekening koran Pak Jay selama 3 bulan dari rekening yang di Indonesia. Juga bank statement selama 3 bulan dari rekening Pak Jay yang di Amerika.

Untuk mengurus surat referensi bank dan rekening koran ini sebaiknya jangan mepet-mepet karena tiap bank beda kebijakannya. Di bank tempat Pak Jay nabung, referensi bank dan rekening koran bisa diberikan di hari yang sama. Tapi di bank tempat saya nabung butuh satu hari kerja. Jadi baru besoknya bisa diambil.

Dari beberapa informasi yang saya baca, katanya amannya kita menyediakan uang sejumlah Rp 50.000.000 di rekening per orang untuk daftar visa Inggris. Saya dan Pak Jay berdua tidak sampai Rp 100 juta juga sih sebenarnya saldo tabungannya, tapi Alhamdulillah tidak masalah.

Tapi sepertinya masalah jumlah saldo ini juga tergantung dengan rencana perjalanan kita di Inggris bagaimana. Berapa jumlah hari kunjungannya, menginap di mana, dan harga tiketnya. Kebetulan dari Minnesota ke London tiketnya semacam hampir separuh harga tiket Jakarta-London. Hehehe

  1. Dokumen Tempat Tinggal

Ini kalau di Indonesia bisa seperti surat tanah, bukti pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan, perjanjian kontrak rumah, dll. Kalau dokumennya dalam bahasa Indonesia, maka perlu diterjemahkan dalam bahasa Inggris.

Awalnya saya mau pakai surat tanah Bapak saya tapi sama Bapak saya malah ditanyain, “Kamu bokek? Mau digadaikan surat tanahnya?” BAHAHAHA

Tapi setelah saya pikir-pikir lagi kan saya statusnya tidak tinggal di Indonesia, tapi di Amerika. Jadi saya dan Pak Jay memutuskan untuk pakai dokumen perjanjian sewa apartemen kami di Amerika saja dan menyertakan fotokopi State ID (semacam KTP) Minnesota. Berhubung dua-duanya sudah dalam bahasa Inggris, jadi tidak perlu diterjemahkan.

  1. Dokumen Identitas Diri dan Keluarga

Di bagian ini yang kami sertakan adalah fotokopi Akta Lahir, fotokopi Kartu Keluarga, fotokopi KTP, dan fotokopi buku nikah. Semua disertai dengan terjemahannya dalam bahasa Inggris.

Dari info-info yang kami baca, ada yang bilang kalau diterjemahkan biasa saja tidak apa-apa. Tapi ada yang bilang kalau harus diterjemahkan oleh penerjemah tersumpah. Sedangkan kalau di website imigrasi Inggris sih tulisannya harus diterjemahkan oleh penerjemah legal.

Jadi kami memutuskan untuk menggunakan jasa penerjemah tersumpah walaupun sebenarnya saya pun ya penerjemah juga sih cuma bukan penerjemah tersumpah. Kami menggunakan jasa penerjemah tersumpah Jogja Translator di Yogyakarta dengan tarif Rp 95.000 per halamannya.

Untuk buku nikah kan sebenarnya bagian template bukunya sudah bilingual ya, tapi isian datanya tetap dalam bahasa Indonesia. Ada bilang tidak perlu diterjemahkan cukup kasih fotokopinya saja, tapi ada yang bilang tetap harus diterjemahkan. Ya sudah kami ambil aman saja untuk minta diterjemahkan juga. Yaaaa…walaupun nambah biaya lagi hehehe.

  1. Dokumen Lain-lain

Di dokumen lain-lain ini saya menyertakan:

  • Surat referensi dari profesornya Pak Jay yang menyatakan bahwa Pak Jay dan saya akan pergi ke Inggris dan akan kembali ke Minnesota setelah urusan selesai karena Pak Jay harus kembali kuliah dan kerja di University of Minnesota.
  • Surat undangan dari University of Leicester untuk Pak Jay yang menyatakan bahwa karya Pak Jay akan ditampilkan dalam acara Aural Diversity Conference di sana.
  • Bukti memiliki asuransi perjalanan. Di beberapa blog saya baca bahwa asuransi perjalanan ini bisa dibeli secara online dengan harga yang beragam, sekitaran Rp 500.000-an gitu. Nah tapi Alhamdulillah waktu saya cek paket asuransi kami di Minnesota ternyata menanggung juga asuransi perjalanan di luar negeri, termasuk layanan darurat untuk kejadian tidak diinginkan seperti kecelakaan, bencana alam, maupun kejadian darurat lain terkait keamanan, politik, dll. Jadi saya sertakan fotokopi kartu asuransinya beserta keterangan sekitar 4 lembar terkait dengan apa saja yang dapat ditanggung oleh asuransi tersebut ketika pemegang polis berada di luar negeri (di luar Amerika).

Dokumen-dokumen di atas totalnya 54 halaman. Tidak terasa juga sih apa yang bikin tebal. Tapi sepertinya sih rekening koran selama 3 bulan (punya saya dan Pak Jay), surat kontrak apartemen, dan keterangan asuransi nih yang bikin nambah jumlah halaman dengan lumayan.

Tapi ya juga karena beberapa dokumen juga disertai terjemahannya sih ya, kayak buku nikah itu kan halamannya lumayan banyak juga. Belum lagi saya sertakan fotokopi paspor yang masih berlaku dan paspor lama halaman depan dan semua halaman yang ada cap visanya.

Untuk dokumen yang diajukan Pak Jay ya tidak jauh beda dari dokumen yang saya ajukan juga. Jadi jumlahnya juga tidak jauh berbeda. Urutan dokumen yang kami serahkan juga urut seperti daftar di atas, seperti daftar check list dari website imigrasi Inggris. Tapi karena kami sudah pesan layanan documen scanning assistance jadi agak pasrah aja kalau nantinya ternyata urutannya diubah disesuaikan ketentuan yang berlaku.

Hari-H Janji Temu di VFS Global di Kuningan City Mall

Di hari yang sudah ditentukan, kami tiba di VFS Global di Kuningan City Mall sekitar 15 menit sebelum janji temu. Kami hampir kesasar ke VFS Global yang di lantai 1, ternyata untuk mengurus visa Inggris lokasinya di lantai 2.

Kami masuk ke lokasi dengan melalui pemeriksaan standar gitu. Nah tapi ternyata laptop tidak boleh dibawa masuk. Harus dititipkan di tempat penitipan dengan membayar Rp 22.000.

 

Premium Lounge VFS Global
Meja di Premium Lounge VFS Global ada camilannya. HEHEHE

 

Setelah masuk, dan bilang kalau kami pakai layanan Premium Lounge, kami diarahkan ke sebuah lobi kecil yang banyak ornamen Inggrisnya. Lucu gitu. Banyak makanan kecil dan air mineral juga tersedia di sana. Duduknya juga di sofa, bukan di bangku logam seperti di ruangan sebelah. Ya memang secara kasat mata lebih ceria sih dibandingkan ruang yang bukan Premium Lounge.

Meskipun saya sudah merasa dokumen yang saya bawa adalah dokumen yang paling tebal yang pernah saya siapkan untuk bikin visa, dibandingkan perpanjangan visa Amerika saya yang dokumennya tidak sampai 10 lembar dan pengajuan visa Korea multiple entry yang dokumennya tidak sampai 20 lembar, dokumen 54 lembar ini udah luar biasa sih menurut saya. Eh tapi….ternyata orang yang antri sebelum saya dokumennya jauh lebih tebal, mungkin sampai 100 lembar gitu. Luar biasa!!

Setelah menunggu sekitar 20 menit, giliran Pak Jay dipanggil untuk menyerahkan dokumen dan rekam biometrik. Semacam diambil rekam sidik jarinya dan wajahnya (eh gitu kan ya istilahnya?). Lalu difoto untuk keperluan visanya. Nah jadi ternyata tidak perlu mengumpulkan foto, walaupun kami bawa juga sih untuk jaga-jaga. Setelah Pak Jay, berikutnya saya.

Udah gitu aja. Total kami berdua berada di VFS termasuk menunggu giliran tidak sampai satu jam. Dari jauh saya lihat mbak petugas memeriksa dokumen kami dan memberi label “Priority”. Saya jadi berpikir mungkin itu adalah termasuk layanan pengecekan dokumen (termasuk dalam layanan Premium Lounge) dan layanan document scanning assistance (yang saya beli terpisah).

Nah tapi yang membuat saya merasa kurang greget tuh karena mbaknya memeriksanya bukan di depan saya, tidak seperti di KVAC waktu bikin visa Korea yang mbaknya memeriksa dokumen di depan saya dan memberi tahu dokumen apa yang kurang.

Karena mbak petugas di VFS tidak memberi tahu saya apakah dokumen saya sudah lengkap atau belum, jadi saya pulang masih dalam posisi galau khawatir ada yang kurang.

Ditambah lagi baru saya tahu kalau dokumen yang dikumpulkan di VFS itu hanya akan dikirimkan bentuk scan saja ke imigrasi Inggrisnya, jadi dokumennya fotokopian pun tidak apa-apa. Saya terlanjur memberikan dokumen terjemahan tersumpah yang asli ada materainya. Tapi ya sudah tidak apa-apa, saya masih simpan scan dokumen tersebut. Masih bisa dipakai lagi kapan-kapan.

Jay at VFS Global
Sambil nunggu antrean, foto-fotoan dulu…

Masa Penantian

Setelah selesai urusan di VFS maka masuk lah ke masa penantian yang rasanya panjaaaaaang banget! HAHAHA

Satu hari setelah pengajuan, kami mendapatkan email kalau dokumen sudah diterima. Kami masih menanti lagi apakah ada email lanjutan karena di blog yang pernah saya baca, ada yang dikirimi email untuk menambahkan dokumen lain yang diminta pihak imigrasi Inggris. Kami berharap tidak perlu ya, tapi siapa tahu kan?

Empat hari kerja setelah pengajuan visa kami (atau H+6 karena ditambah Sabtu dan Minggu) mendapatkan email kalau paspor sudah bisa diambil. Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya, layanan Premium Lounge termasuk layanan kurir yang mengantar paspor sampai ke alamat kita. Tapi karena saya agak was-was paspor saya ketlingsut selama perjalanan Jakarta ke Jogja, kami memutuskan untuk tidak memanfaatkan layanan kurir tapi akan mengambil sendiri paspor kami.

Namun waktu itu kami masih dalam keadaan kurang sehat di Jogja, jadi baru setelah 3 hari menerima email pemberitahuan tersebut kami ke Jakarta untuk ambil paspornya. Karena belum diambil-ambil, selama tiga hari itu kami selalu mendapatkan email dari bagian visa Inggris untuk segera mengambil paspornya. Ini kayak udah pakai priority minta cepet kok malah gak diambil-ambil gitu. HAHAHA

Ya namanya aja lagi gak enak badan ye kan?

Pengambilan Paspor

Dengan masih agak pusing dan batuk-pilek akhirnya kami menuju Jakarta untuk ambil paspor di VFS Global. Selama perjalanan kami deg-degan, tidak tahu pengajuan visa kami akan ditolak atau disetujui. Sepanjang jalan cuma bisa berdoa yang terbaik.

Sampai di VFS kami menjalankan rencana bahwa yang akan masuk mengambil paspor hanya Pak Jay saja. Saya akan menunggu di luar karena kami bawa koper, berhubung di Jakarta beberapa hari sekalian ada acara lain, dan dari bandara langsung ke VFS. Juga biar tidak perlu menitipkan barang di bagian penitipan. Biar ngirit juga lho ya! HAHAHA

Karena Pak Jay akan mengambilkan paspor saya, jadi saya menitipkan surat tanda terima pengajuan visa, surat kuasa, dan juga fotokopi KTP saya dan Pak Jay.

Untuk pengambilan paspor perorangan dilayani setelah jam 15:00. Pak Jay sudah mulai masuk ke VFS sejak 15 menit sebelumnya dan baru 45 menit setelahnya keluar karena antreannya panjang. Saya yang menunggu di luar dengan cemas rasanya tidak karuan.

Begitu Pak Jay keluar dari VFS Global, dia bergegas menghampiri saya. Dia menyerahkan paspor saya yang sudah dibuka dari bungkusan dari VFS. Bungkusannya sudah dibuka untuk memastikan bahwa paspor yang diterima sudah benar. Tapi Pak Jay sama sekali tidak membuka bagian visa jadi belum tahu pengajuan visa kami disetujui atau ditolak.

Saya deg-degan. Tangan Pak Jay gemetaran. Tapi akhirnya kami berdua lega setelah ada visa UK tertempel di paspor kami. Visanya untuk 6 bulan (multiple entry) dengan masa kunjung maksimal 180 hari. Tapi entah kenapa fotonya tuh kayak batet gitu, mukaku makin bunder. #halah #gakpenting

Karena visa sudah beres kami akhirnya bisa makan dengan tenang. Urusan pervisaan sementara dicukupkan dan Insyaallah kami bisa mengunjungi Inggris akhir bulan November nanti.

Aftermath Lunch
Akhirnya bisa makan dengan lega dan bahagia setelah semua urusan visa selesai.

Tapi kalau boleh disimpulkan ya, pengajuan visa Inggris ini adalah pengajuan visa dengan dokumen paling banyak, biaya paling besar, dan deg-degan yang paling panjang dibandingkan pengajuan visa saya sebelumnya di bulan yang sama untuk ke Amerika dan Korea Selatan. Kalau kita ambil paspor setelah pengajuan visa Amerika atau Korea Selatan kan waktu kita ambil paspor sudah tahu dapat visa atau tidak. Tapi kalau untuk ke Inggris, deg-degannya hingga detik terakhir pas menerima paspor.

…dan ada sebuah misteri, kami sama sekali tidak menerima sms pemberitahuan proses visanya. Hanya email saja. Seharusnya kan termasuk dalam layanan yang kami bayar kan ya? Entah gimana…

Yang penting sudah beres aja sih kalau saya. Kalau kamu, tertarik mengajukan visa ke Inggris juga? Sudah siap menyiapkan dokumen setebal tesis juga? hehehe

 

 

3 Comments Add yours

  1. Niar says:

    Hallo mba Terry…boleh ga mba saya tanya² mengenai pengurusan visa inggris…saya dan keluarga tahun depan mau kesana. Terima kasih ya mba

    Like

    1. @tey_saja says:

      Halo, salam kenal. Boleh, silakan. 😀

      Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s